KONFLIK SUDAH MEMBUDAYA DI INDONESIA

Tugas Profetik Aktivis Islam Sepanjang Masa
Oleh: Fathurrahman
Aktifis HMI-MPO UIN Sunan Kalijaga

“Katakanlah, Dialah yang berkuasa mengirimkan siksa kepadamu dari atas kamu atau dari bawah kakimu, atau Dia campurkan kamu dalam golongan-golongan (kesenjangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain (konflik)” (Al-An`am [6]; 65

Indonesia adalah Negara dengan kondisi socio-cultural, socio-geografis dan socio-religius yang sangat plural. tersebar dari sabang sampai merauke bermacam-macam suku dengan kepercayaan, adat-istiadat/kebiasaan dan budaya masing-masing. Hal ini merupakan anugerah yang sangat berharga, tetapi kita jangan sampai takabur dengan ini semua, alih-alih sebagai anugerah malah bisa menjadi bencana bagi kita sendiri. Jika diibaratkan hal tersebut bagaikan pisau yang bermata dua, disamping dapat kita gunakan untuk memotong sesuatu pisau tersebut juga dapat memotong jari kita sendiri, tinggal bagaimana metode dan strategi yang kita gunakan untuk memanfaatkan pisau tersebut.

Konflik adalah salah satu ancaman sekaligus bencana terbesar bagi kita jika kita tidak memiliki strategi dan metode yang sesuai dan handal untuk mengelola keberagaman ini. Tetapi kadangkala strategi dan metode yang kita gunakanpun tidak berarti apa-apa ketika suatu penyebab alami dari keberagaman tersebut terjadi, yaitu “egoisme” dan “fanatisme” yang berlebihan. Kedua hal tersebut adalah sifat dasar dari manusia sebagai pelaku utama dalam fenomena keberagaman ini. Sifat yang pertama lebih disebabkan karena dorongan hanafsu indiviualistik, sedangkan yang kedua adalah suatu rasa yang timbul akibat kecintaan dan kebanggaan yang berlebihan terhadap sesuatu. Ketika kedua hal tersebut muncul terutama sifat yang kedua, maka lahirlsh suatu kesenjangan yang meyebabkan timbulnya ketegangan sosial yang akhirnya berujung kepada terjadinya suatu konflik, dan konflik tersebut akan berkhir ketika kedua sifat tadi mereda dan inilah yang paling sulit sehigga konflik sering terjadi berlarut-larut tanpa suatu kesudahan. Kalaupun konflik tersebut dapat diredam kadang-kadang hal tersebut bagaikan bom waktu yang dapat meledak kapan saja ketika dendam yang tersimpan tidak lagi mampu dibendung.

Negara Konflik adalah prestasi gemilang yang diraih oleh bangsa kita yng tercinta ini, kalau pada paparan awal penulis menyiggung tentang tersebarnya suku, budaya dan agama yang beragam dari sabang sampai merauke maka begitu pula dengan konflik, terjadi dari sabang sampai merauke. Akibat konflik tersebut terjadi banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat maupun dan kerugian material, moril bahkan kesempatan hidup yang cuma satu kali saja sudah tidak mampu dikalkulasikan lagi. Konflik-konflik yang terjadi sangat beragam bentuk dan motifnya, tetapi hanya tiga bentuk konflik yang perlu diuraikan disini disamping untuk mempersingkat tulisan karena tidak akan cukup ratusan halaman kertas ini membahas semua konflik yang terjadi, juga ketiga macam konflik ini berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak (umat), yaitu konflik suku, konflik agama, dan konflik politik. Ketiga konflik ini dikelompokkan berdasarkan penyebab terjadinya konflik tersebut. Konflik suku disebabkan oleh permasalahan kesukuan, konflik agama disebabkan permasalahan keagamaan dan konflik politik disebabkan permasalahan politik, tetapi ketiga macam konflik ini dapat saja saling mempengaruhi sehingga memicu konflik lain terjadi. Ada banyak contoh dinegara ini berkaitan dengan ketiga konflik tesebut misalnya konflik antar suku di Irianjaya dan kalimantan, konflik anatara kristiani dan muslim yang terjadi di ambon dan maluku, konflik politik antara lain gerakan-gerakan kemerdekaan yang terjadi di Timur leste yang sekarang sudah berpisah NKRI, diaceh yang hampir saja lepas, dimaluku dan dipapua yang sampai sekarang masih terjadi mudah-mudah tidak berlarut-larut, juga konflik pilkada yang terjadi di maluku dan jawa barat dan yang sampai sekarang masih berlangsung yaitu pilkada di jawatimur, dan yang kemungkinan besar menimbulkan konflik juga adalah pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden.

Dalam perspektif Islam, konflik adalah suatu perkara yang sangat dibenci oleh Allah SWT karena konflik dapat menyebabkan terjadinya perpecahan dimana perpecahan akan membuat umat manapun tidak hanya umat islam akan lemah, ketika suatu tatanan masyarakat lemah maka kesejahteraan akan sulit utuk didapatkan oleh masyarakat tersebut. Nabi Muhammadpun diutus untuk menjadi rahmatan lil `alamin yang secara komprehensif berarti membawa misi perdamaian bukan hanya bagi umat islam saja tapi seluruh makhluk yang ada di jagad raya ini. Tetapi Masyarakat Islampun ternyata tidak luput dari konflik antara sesamanya, misalnya yang terjadi di Indonesia konflik yang terjadi antara kubu FPI (Fron Pembela Islam) dengan kubu Aliansi Kebebasan Beragama yang berujung ke meja hijau. Menurut penulis konflik antar sesama muslim inilah yang sangat membahayakan umat islam karena konflik tersebut sangat sulit diselesaikan seperti yang disinggung oleh wakil presiden kita sekarang bapak Yusuf Kalla bahwa “kedua kubu sama-sama yakin akan masuk surga (mati syahid)”. Dengan melihat kenyataan seperti ini seharusnya kita membangun suatu kesadaran bersama sebagai umat yang diciptakn untuk rahmat sekalian alam tidak lagi merestui terhadap segala bentuk konflik apapun bentuk dan motifnya karena selalu berdapampak negative terutama bagi kesatuan umat.
Aktivis-aktivis islam sudah seharusnya dan secepatnya untuk menanggapi secara kritis solutif terhadap permasalahan ini karena disamping sebagai agent social change yang dipercaya mampu untuk merubah segala bentuk kekacuan tatanan masyarakat menuju masyrarakat madani (masyarakat yang terjamin keamanan dan kesejahteraannya), hal itu juga merupakan tugas profetik (risalah kenabian/kerasulan nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya) yang harus terus diemban selama konflik masih mengncam persatuan dan kesatuan umat islam dan umat manusia didunia ini.

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh aktivis islam menurut penulis adalah pertama membangun paradigma kolektif (bersama) tentang urgensi dari suatu perbedaan atau keberagaman itu adalah rahmat dari Allah SWT terlepas pernyataan ini hadis ataukah perkataan sahabat ataupun taibiin, yang jelas pernyataan tersebut sejalan dengan firman Allah SWT yang bermakna Allah SWT telah menciptakan manusia dengan bermacam-macam latar belakang agar kamu saling kenal mengenal bukannya malah dijadikan sebagai alasan untuk menciptakan suatu konflik. Kedua melakukan suatu revolusi mental terhadap masyarakat melalui suatu proses pendidikan mental agar masyarakat mampu bersikap dewasa dan bijaksana dalam menanggapi pluralitas yang mereka hadapi. Pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan dengan kearifan lokal yang kita miliki seperti menanamkan nilai-nalai kebinekaan (Bhineka Tunggal Ika) yang merupakan semboyan dan falsafah bangsa kita, nilai-nilai sumpah pemuda yaitu sumpah yang dilakukan oleh pemuda-pemudi dengan latar-belakang yang berbeda atas nama bangsa, bahasa, dan tanah air yang satu yaitu Indonesia, dan menyadarkan masyarakat terhadap dampak kerugian yang disebabkan oleh suatu konflik. Ketiga memberikan suatu alternative solusi penyelesaian apa bila suatu konflik terlanjur terjadi, misalnya melakukan pendekatan dengan suatu sistim manajemen konflik, dengan mengusahakan sistim tersebut diambil dari kearifan lokal yang kita mikili sehingga setelah konflik usai masyarakat tidak dibingungkan dengan suatu sistim yang akhirnya dapat menimbulkan suatu konflik baru tetapi masyarakat lebih paham dengan kebudayaannya sendiri. Contoh yang mungkin dapat dilihat yaitu konflik suku yang terjadi di Irianjaya dimana konflik tersebut dikonfersi menjadi sebuah seni tari-tarian yang dikenal dengan tari perang dan sekarang sering dipertunjukkan ketika festifal lembah baliem.

Memang tugas ini adalah amanah yang berat bagi generasi penerus bangsa khususnya bagi aktivis Islam karena tuntutan ini bukan hanya sekedar panggilan jiwa untuk membela bangsa tetapi juga untuk membela agama Allah SWT. Apa lagi kita tahu bahwa konflik adalah suatu sunnatullah yang pasti akan terjadi sampai akhir jaman karena kebaikan dan keburukan akan selalu beriring seirama, tetapi hal tersebut janganlah sampai menciutkan nyali dan membuat kita putus asa karena sesungguhnya hal tersebut juga sebagai ladang amal bagi kita untuk berjuang di jalan Allah SWT (al-jihadu fi sabilillah). Semoga Indonesia akan semakin maju, sejahtera dan damai selalu Aamin.
“Tidaklah beriman diantara klian sehingga dia mencitai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” [Muttafaq `alaih dari Anas, sebagaimana terdapat didalam al-Lu`lu` Wal-Marjan (28)]

0 Response to "KONFLIK SUDAH MEMBUDAYA DI INDONESIA"

Posting Komentar